Silsilah Gaspar Garung di Sampar

Gaspar Garung

Kampung Sampar terletak di Desa Pong Lalé, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Asia. 

Kampung Sampar ini diapiti oleh dua kampung lainnya, yaitu Mbélaing dan Nggawang. Gendang Sampar sekarang ini didiami oleh beberapa suku dengan pelbagai sejarah totem (ceki) di dalamnya. 

Sebetulnya, kampung Sampar yang asli terletak di Sampar - salah satu persawahan di bagian selatan dari kampung itu sebagai kampung tua. 

Karena perkembangan, kampung Sampar dipindahkan ke Lalé (yang lebih dikenal kampung Sampar sekarang ini, 2022). 

Nenek moyang orang Sampar merupakan hijrahan dari kampung Laja. Sebelum Desa Pong Lalé mekar dari Desa Meler, Laja dan Sampar berada dalam satu wilayah administratif Desa. Dengan dimekarkannya Desa Meler, maka Sampar dan Laja (2022) berada di dua Desa yang berbeda. 

Jadi, Desa Pong Lalé terdiri atas tiga anak kampung, yaitu Nggawang, Sampar dan Mbélaing. 

Sejarah Empo Paléng.

Dalam berbagai catatan ataupun datum yang berhasil ditelisik, Paléng berasal dari Lo'ok, Mata Waé di Kabupaten Manggarai Barat. Lo'ok persis berada di Golomori. Golomori tidak jauh dari Lénteng dan Warloka di dekat Pulau Rinca. 

Adapun kampung di dekat Lo'ok antara lain: Lénténg, Jati. Jati berada di bentangan bukit Golomori. 

Empo Paléng kemudian bergegas ke Laja. Sebelumnya, ia berada di Réok. 

Dalam catatan lain, Empo Paléng berjumpa dengan dengan Empo Repong di Laja. Salah satu bukti peninggalan sejarahnya berupa pemberian sebuah parang yang mana parang itu dipegang oleh keturunan Rua.

Empo Paléng kemudian beristeri, maka lahirlah Jandé. Jandé kemudian memperanakkan Pétrus Némbot (atau dikenal Em Cébo). Pétrus Némbot inilah yang kemudian hijrah ke Sampar.

Sejarah Éndong.

Éndong kemudian diperisterikan oleh Empo Paléng pasca Empo Repong meninggal. Saat Éndong diperisterikan Paléng, Éndong tidak mengandung. Ia mandul. Artinya, Éndong itu mandul. Saat menjadi isteri dari Paléng, Éndong juga mandul.

Éndong tidak melahirkan seorang putera kemudian melahirkan yang diberi nama Rua. Rua sebenarnya cucu (empo) dari Empo Repong. Rua ada hubungannya dengan Nggué (Emar Vinsén) di Mbélaing. (Lih. takung waé cemok Empo Rua di Sampar). Rua kemudian memperisterikan Bambung.

Perkawinan Rua dan Bambung melahirkan Robértus Ruma dan Gaspar Garung. Robértus Ruma (atau dikenal Ema Umé) memperisterikan Nenek Rosa, orang Bobong, Léngor di Rahong Utara (2022). Sedangkan, Gaspar Garung memperisterikan Sobina Sidung orang Ranggi di Kecamatan Waé Ri'i (2022).

Robertus Ruma.

Robertus Ruma dan Maria Rosa melahirkan beberapa putera dan puteri. Mereka adalah Nikolaus Labut, Pétrus Garus, Dominikus Gaut, Stéfanus Nagut (Vanus Saung), Héndrikus Égol, dan  Paulinus Pait. Juga ada beberapa saudari, seperti Éstér Jenut dan Élisabéth Palut.

Gaspar Garung.

Gaspar Garung dan Sobina Sidung melahirkan Hérman Kiot. Juga ada beberapa saudari, seperti: Sebastiana Lahut, Romana Pahul, Veronika Danu, Wihélmina Bambung, dan Kristina Naut.

Sobina Sidung. 

Sobina Sidung berasal dari Ranggi. Sobina Sidung merupakan puteri dari Mbaka dan Bobek di Ranggi. 

Relasi Waé Téku Remong.

Waé téku remong maksudnya relasi kekerabatan karena hidup dalam satu kampung atau kampung adat. Waé (air) téku (menimba), remong (berjumpa). Waé téku remong adalah bahasa kiasan, simbolik di mana mereka berjumpa di salah satu mata air. Mata air apa itu? Nah, itulah yang dikenal dengan waé barong

Relasi waé teku remong berbeda dengan relasi woé nelu. Relasi woé nelu ada kaitannya dengan relasi kawin mawin yang kemudian terciptanya sebutan anak rona anak wina.

Relasi waé teku remong adalah relasi kekerabatan. Karena relasi itu sifatnya hanya kerabat, maka sida tidak dilakukan. 

Karena relasi Jandé dan Rua di Sampar hanyalah relasi waé téku remong, maka keturunan Jandé tidak bisa sida keturunan dari Empo Rua. Mengapa, relasi mereka bukanlah relasi woé nelu tetapi hanyalah relasi waé téku remong.

Lunung.

Rua juga memperisterikan Lunung. Lunung melahirkan Ganawéwa Gaul dan Régina Mamung. Ganawéwa Gaul mempersuamikan Gabriél Téngko asal Taga, Ruteng. Sedangkan, Régina Mamung mempersuamikan Yakobus Jehadu.

Tetua di Sampar.

Orang-orang yang menetap di Sampar terdiri atas beberapa keturunan. Misalnya, keturunan Empo Paja, Paléng, Rua bahkan termasuk keturunan dari orang-orang Todo yang dikenal Em Lésu. Ada juga orang Sumba, seperti keluarga dari Adolfus Gabur di Mbélaing. Juga ada dari suku-suku lainnya. 

Ceki Lusa.

Gaspar Garung bertotem kacang gude atau kacang bali (ceki lusa). Keturunan ceki lusa ini tampaknya ada hubungannya dengan orang Rangges.

Watu Radi. 

Kampung Sampar terhitung unik. Lokasi wisata yang menarik di sana adalah Watu Radi. Radi artinya compang (altar). Radi juga dapat berarti berkat dari Tuhan. 

Bacaan Lainnya:


Ditulis oleh:
Ruteng. 
Sabtu (9/7/2022).






 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tali Bendera HUT RI ke-78 di Stadion Golo Dukal Terlepas. Apakah Itu Angga?

Bupati Gaspar Parang Ehok Sang Yohanes Pembaptis, Presiden Jokowi Sang Allah Yesus

Sepak Terjang PDI Perjuangan Kabupaten Manggarai dari Periode ke Periode