Orang Luar Negeri Bangga Ada di Labuan Bajo
Ketika seseorang berada di Labuan Bajo, maka orang lain akan bangga dan sebenarnya bahwa dirinya juga bangga berada di situ.
Ketika orang Manggarai berada di Roma, Swiss, Beijing ataupun di daerah terkenal lainnya, keluarganya akan bangga, senang begitupun dirinya.
Apakah orang asli di Labuan Bajo tidak bangga ketika rumah tinggalnya menjadi perbincangan banyak orang dan dikunjungi banyak orang?
Ketika negeri kita dikunjungi banyak orang lantas apa yang kita lakukan? Tentu saja harus ramah. Ramah menyapa, ramah lingkungan (tidak membuang sampah di sembarang tempat), ramah lalu lintas dan tidak memarkir kendaraan sembarangan di tepi jalan umum.
Labuan Bajo sebagai destinasi yang handal menuntut orang-orang lokal harus bisa beradaptasi dengan para pelancong atau turis. Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat harus lebih banyak membuka akses ke masalah bahasa terutama bahasa Inggris.
Kurikulum Merdeka.
Dengan hadirnya kurikulum merdeka, maka di Labuan Bajo perlu membuka sebuah sekolah bahasa. Sekolah itu bisa diberi nama The Foreign Language School. Sekolah bahasa asing bila perlu dimulai dari SD. Sebelum masuk SD, TK harus diperhatikan terutama melatik anak-anak untuk baca tulis. Sekolah tersebut harus sampai SMA bahkan dilanjutkan Perguruan Tingginya. Bahasa-bahasa yang diajarkan tentu banyak, misalnya bahasa Bahasa Manggarai, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman, Bahasa Rusia, Bahasa Latin, Bahasa Arab. Dalam sekolah tersebut harus diselipkan tentang bidang studi sejarah, budaya dan mitologi orang Manggarai. Mengapa? Karena Labuan Bajo ada di wilayah kebudayaan orang Manggarai. Maksudnya turis memahami.
Apabila ada anak-anak yang belum masuk SD di sekolah itu, bisa juga masuk saat SMP ataupun SMA. Saat SMA kemudian dibagi ke dalam jurusan-jurusan khusus. Bagi orang tua yang tidak mampu, maka intervensi pemerintah daerah harus masuk. Sekolah tersebut harus mengutamakan orang Manggarai dan Flores pada umumnya. Tentu aturan ketat sekolah tersebut, siswanya harus makan daging babi, makan daging anjing. Haramisme dan halalisme ditolak di sekolah tersebut karena keanekaragaman orang asing dan konteks budaya Manggarai. Sekolah tersebut juga harus mematrekkan budaya Manggarai terutama praktek ritual. Setiap acara adat perlu dipraktekkan dan dipertontonkan agar turis paham sehingga siswanya harus bisa memakan daging babi. Artinya, sekolah tersebut menolak keras orang-orang yang mengganggap daging babi haram. Di sekolah tersebut diajarkan tentang totemisme (ceki). Karena budaya Manggarai adalah budaya ceki, maka kelompok manusia yang melihat daging babi dan anjing adalah haram (tidak termasuk mereka yang masuk dalam kategori ceki) tentu harus ditolak.
Mengapa ditolak? Karena orang asing beranekaragam dan praktek budaya Manggarai dikedepankan. Itu makanya karena babi adalah hewan kurban, tentu siswa-siswanya harus bisa makan daging babi. Jika ada bertotem acu (anjing), itu dikecualikan. Mereka memegang daging anjing, memasak pun bisa tetapi memakannya tidak karena totem saja.
Sekolah bahasa asing itu tentu harus sampai pada Perguruan Tinggi. Tentu siswanya harus bisa makan daging babi. Jika tidak, maka perlu ditolak karena nanti bersentuhan dengan budaya Manggarai. Sekolah itu menekankan pada bahasa dan studi budaya Manggarai dan budaya di Flores juga mempelajari budaya-budaya dunia. Bagaimana kurikulumnya? Tentu penyusunan bidang studi berbeda dengan sekolah lainnya karena sekolah itu adalah sekolah jurusan bahasa dan budaya.
SD-SMA di Manggarai Raya Wajib Utamakan Bahasa dan Budaya.
Pengajaran di sekolah-sekolah di Manggarai harus mengutamakan bahasa dan budaya. Khusus untuk Manggarai, turis tidak hanya melancong tetapi pulang bisa membawa ole-ole ke daerah mereka tentang filsafat dan budaya orang Manggarai dan Flores. Hal inilah yang perlu dipikirkan oleh Pemkab Manggarai Barat. Tentu juga sekolah-sekolah di Flores pada umumnya.
Komentar
Posting Komentar