Kidung Kehidupan


Bertengkar karena dekat, berkelahi karena berapit, kangen karena jauh. 

Bila rindu tengah menggoda, ingin rasanya digiring-giring. Ombak menderu di lepas pantai, angin sepoi tinggalkan kesejukan. Manis di buah enak rasanya, manis di kata sayang melaksa.

Kalau pahit kasih tertatih, bila renyah erat merekat. Jendela mata melihat tampangan, jendela hati melihat iba.

Penumpang turun di tepi jalan, anak manis kasih merakit.

Buah ranum belum tentu manis, buah semangka pasti enak rasanya.

Gunung pasti menjulang, kemudi kapal dipegang awak.

Jarum jam berjalan ke kanan, pisau chainsaw bergegas ke kiri. 

Anak jalanan hambanya tuan, bila mampu tuannya hamba.

Mentari pagi di ufuk timur, rembulan terang menghempas kelam.

Gulita hati hasilnya pahit, terang hati meraih hari.

Elok diiba, nian menghilang.

Kalut diasuh, tawa berlangsam. 

Marka badan pelantang sadar, suara manis rembuk rengkuh.

Elok dinian raih pahit.

Buah belimbing enak dicicip, buah dada menjaga rasa.

Putus di awal enak rasanya, pulih di akhir kasih teraih.

Beban berat di pundak tuan, anak manja diasah-asah.

Cerita indah biang riang, kisah pahit sarinya manis.

Kerudung tua kurang bugar, parasnya jadi pelajaran.

Buah pepaya di sisi batang, langsatnya menawan asa.

Akar asa ketenangan jiwa.

Hati meronta, asa terkapar.

Lautan lepas sedalam harapan, tingginya langit tiangnya kiat.

Tuan tanah di jalaran sampan, anak bawang di hamparan raya.

Cantik jelita diidam pria, muka muda diusap.

Helai bunga untaian unggah, helai daun menarik lambai.

Banyak membaca asa terbayar.

Tanah rata tempat bersandar, bukit tinggi buihnya cuit.

Telaga bening ikannya bersih, embung keruh peluh merengut.

Cawan anggur buahnya harum, cawan empedu buahnya pahit.

Lingkungan imut dirindu-rindu, gang penjahat menahan tawar.

Bibir lembut merengkuh senyum, mata panas hilang cahayanya.

Terang di kening, dagu tersanjung.

Tangan kasar belaian laknat, ringan tangan kawan berlaksa.

Tunduk hormat jadi orang, tangan besi perih melejit.

Intan permata di jari manis, batu asah menawan karatan.

Embun jatuh akar terbahak, buah jatuh batangnya semampai.

Kiri kanan ada kawanan, atas bawah ada kekayaan.

Burung bersiul mentari cerah, semi tercekik langit mendung.

Pelangi berparas hujan rintik-rintik surya tersayup.

Kerincing berbunyi asyik menari.

Lesung pipi permai dikara.

Bunga waru menebar ayu, bunga tekelan cawan menawan.

Air mengalir ke atas relung, sang Ilahi meracik kasih.

Betah dipandang buah dada, keras cengkram lekat senang.

Setitik madu enak rasanya, gula aren penawar rindu.

Di ujung cinta ada kepuasan, hambar menggelora.

Pelatuk bukan penentu laras pun bukan, rasa menyesak dada.

Jeruk muda asam, jeruk tua hambar.

Tangkai bersembilu, bunga jelita.

Benang kusut dibuang orang, jarum patah pun demikian.

Ikan ke tepian, nelayan berhujanan permata.

Purnama berceria, hari tersenyum simpul.

Aroma berkecipung, derita terlindas.

Awan menyapu bumi, alam menyapa akrab.

Sanjung berbalut, kesal tercekal.

Seduh belai batin ceria ogah terkoyak.

Naik perayu menerjang selat, susur muara merakit-rakit.

Anak udang di sela batu, berudu mungil memberi salam.

Pandang pertama buah asmara, pandang kedua buah mendua.

Mulut berbisa bertiang sial, mulut beracun berkalung kabung.

Pagi yang indah memekarkan keceriaan. Surya mendayung ke ketinggian. Burung-burung mengepak bernyanyi riang. Tangkai bunga berayun-ayun lembut nan betah. Sejuk terasa merasuk sum-sum tulang. Selamat pagi semua!



Ruteng.
Melky Pantur.
Selasa (21/6/2022).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Komunitas Inovasi Rumpun Bambu Cabang Ruteng Sudah Membagikan Makanan Bergizi ke Sekolah Layani 2236 Peserta Didik

SURAT WASIAT: KEMULIAAN ALLAH SUDAH DEKAT!

Kondisi Jalur Pering, Gulang Menuju Waé Cewé