Waé Doang, Sungké, Tesi dan Lia Dango di RSUD Ruteng

Foto: Istimewa

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Ruteng adalah salah satu rumah sakit terbesar di Kabupaten Manggarai selain RS St. Rafael Cancar. Tahun 2022 telah dibangun RS Pratama Reo. 

Tahukah Anda? 

Orang Manggarai menyakini berbagai pengobatan. Tidak hanya medis tetapi juga dukun kampung. Prinsip orang Manggarai adalah toé toén dokter, toé toén ata waé nggéreng (selain dukun kampung mereka juga yakin benar dengan medis - kedua-duanya dipakai). 


Kebanyakan bidan, mantri, dokter dan perawat di RSUD Ruteng adalah orang Manggarai. Kaum medis itu dibesarkan dalam kompleks ritual dan kehidupan budaya Manggarai. Tampaknya mereka paham benar seperti apa teks dan konteks kehidupan orang Manggarai. 

Di RSUD Ruteng nyaris setiap hari pasti ditemukan waé doang (air doa) dan lia dango (jahe - juga jenis narong). Prinsipnya bahwa obat dari dokter perlu didukung oleh air doa karena dokter tidak menyiapkan air doa dan lia dango di RSUD Ruteng.

Waé doang lazimnya dibawa menggunakan botol aqua. Hal itu tentu di luar tangung jawab medis. Praktek - praktek lainnya di RSUD Ruteng sungké dan tesi. Hal itu dilakukan oleh keluarga untuk menyelamatkan pasien oleh keluarganya sendiri di luar tanggung jawab para medis. 

Tentu nyawa seseorang tergantung Yang Kuasa. Waé doang, sungké dan lia dango hanyalah sarana penyelamatan. 

Contohnya, ada seorang ibu melahirkan hendak dioperasi karena bayi tak kunjung lahir. Salah satu anggota keluarga harus teken penandatanganan untuk operasi sesar. Apa tindakan keluarga? Keluarga melakukan tindakan pemudahan dengan sungké dan tesi. Berkat pertolongan ritual adat melalui sungké dan tesi, ibu yang melahirkan batal dioperasi sesar dan bayi pun kemudian lahir normal.


Selain waé doang dan sungké, terkadang lia dango bertindak. Meski keputusan ada pada Yang Kuasa soal ketetapan hidup tetapi yang pasti tindakan non medis tetap dilakukan sebagai bentuk pertolongan. Karenanya, bidan dukun dan ata waé nggéreng kerap dipraktekkan orang Manggarai. 

RSUD Ruteng dalam kenyataan selama ini sangat ramah terhadap budaya dan adat-istiadat setempat. Hal itu entah diketahui para medis atau tidak tetapi pasien menerapkan seperti apa yang dikatakan di atas.

Rumah Sakit Ramah Adat. 

Sebuah rumah sakit perlu ramah konteks lokal. Sejauh itu sifatnya menolong mengapa tidak. 

Dokter Tuhan.

Para medis adalah wujud nyata keterwakilan Tuhan untuk menolong sesama dalam bentuk tindakan medik. Itu baik adanya dan normatif. Tetapi waé doang, sungké, tesi dan lia dango senantiasa menghiasi. Hal itu oleh pasien orang Manggarai yakin benar bahwa pertolongan oleh Roh Tuhan secara langsung melalui doa dan mantra (guru) perlu dilakukan. Tentu saja hal itu atas kemauan pasien sendiri dan keluarganya.

Terkadang, ada pasien yang mengandalkan penyembuhan diserahkan sepenuhnya ke tangan para medis. Pasien selamat. Yang pasti bahwa para medis dan pasien sama-sama menginginkan kesembuhan dan sesegera mungkin pasien sembuh dan off dari perawatan para medis. 

Sejauh pengamatan Penulis, waé doang dibawakan secara sembunyi-sembunyi dan hal itu tidak bisa dilarang para medis apalagi waé doang hanyalah air putih biasa hanya saja telah diisi dengan mantra penyembuhan. Tentu mustahil bagi manusia tetapi bagi Tuhan tak.

Ditulis oleh:
Melky Pantur
Kamis (6/4/2023).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Komunitas Inovasi Rumpun Bambu Cabang Ruteng Sudah Membagikan Makanan Bergizi ke Sekolah Layani 2236 Peserta Didik

SURAT WASIAT: KEMULIAAN ALLAH SUDAH DEKAT!

Kondisi Jalur Pering, Gulang Menuju Waé Cewé