Pria Kelahiran Meler, Alumni Suryadikara Ende Ini Mendirikan Yayasan Nuca Lale dan Menjabat Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Sedasawarsa


"Saya harus berjalan kaki dari Meler ke Wangkung dengan jarak yang cukup jauh pada tahun 1944 - 1947 saat Sekolah Rakyat. Perjuangan yang sangat sulit!," akunya sembari tersenyum simpul manis.

Flores Eyes (FE) begitu penasaran seperti apa runutan sejarah ke-DPRD-an Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur dari periode ke periode.

Nyaris saban hari FE kerling-kerling di DPRD. Berjumpa para politisi kawakan, sebut saja Paulus Peos, S.P, Simprosa R. Gandut. Pak Paul Peos dan Ibu Osy Gandut adalah politisi senior di Dewan. Terhitung pula, Pak Richard Madu.

Persis Selasa, 21 Maret 2023, FE coba menyambangi Sekretaris Dewan, Drs. Petrus C. Masangkat di kantornya menanyakan perihal nama dan profil Pimpinan DPRD Kabupaten Manggarai sejak tahun 1958 hingga tahun 2024. FE kurang lebih 14 tahun lamanya mengintip-intip dinding Sekwan dan ruangan Ketua.

Tak terpajang foto-foto pimpinan DPRD dari masa ke masa. Di Badan Keuangan Daerah (BKD) di bawah kendali Pak Dedy Bosco terpajang foto-foto mantan Kepala Keuangan Kabupaten Manggarai walau memang sejak lama telah terpajang potret mereka. Yah, sekedar mengenal gambar tetapi menyejarahlah.

FE coba membongkar file memory di brain hardisk Pak Sekwan. Tanya-tanya mungkin adalah data-data tentang susunan Pimpinan Dewan dari masa ke masa. Memang datum enak berpihak. Pak Paul Peos sedikit membongkar urutannya. FE coba mengmail me-draft file-file lama itu. Untung tak menyasar, Pak Paul berada juga di ruangan Sekwan.

Karena merasa belum lengkap, FE coba whatsapp call para senior PNS di Kabupaten Manggarai. Pak Drs. Isvridus Buntanus ditelepon tetapi dirinya tengah mau bergegas ke Bappelitbang. Ada rapat di sana. Begitupun Pak Drs. Maksi Gandur di-whatapp call, beliau tengah rapat di Bappelitbang juga. "Saya sedang rapat di Bappelitbang Pak," ujar Pak Maksi. Ternyata di Bappelitbang, Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut, S.H tengah memimpin rapat. Sempat berpikir, FE coba mengorek keterangan, datum dari Pak Wakil Bupati Manggarai tetapi sebatas timbang-timbang.

Nyaris semua PNS senior pun tengah sibuk meeting soal rencana anggaran tahun 2024. Kebanyakan mereka adalah Kepala Dinas. FE pun kemudian mencari siapa senior-senior PNS yang tengah senggang? Sudahlah mau tanya Pak Otwin Wisang, wuaduh pasti susah jawabnya. Ini soal sejarah silam. Belio tak punya datum pasti. Lha, seolah seperti jembatan berlian ayu apik buatan puteri kayangan, brain FE memutar ke arah Inspektorat. Sebuah gedung berlantai dua di samping barat Kantor Bupati Manggarai. Sebagai adik, Nestor Madi bersama satu orang konco di media mau nunut ke sana. Okelah FE bilang ikut saja bro. Nunut saja adik. Tuh di sana Inspektur Pembantu Wilayah II tengah menarik rokok idamannya. Namanya uda populer, Pak Theo Taram. FE pun mencabut 1 batang lalu mengasapi ruangan Pak Irban.

Kompas Kayangan.

Pak Theo Taram ditanyai FE mengenai kapan menjadi PNS? Pak Theo menjawab dirinya pindahan dari negara asing. Tanya FE: Luar negeri mana Pak Irban? Timor Timor katanya. Emangnya apa yang mau dilototin? Joke imut Pak Irban menukik tajam nan landai tipis. FE berkata pula: FE mau mendapat data sejarah kepemimpinan DPRD Kabupaten Manggarai dari periode ke periode. Ah, semangat Pak Irban bak kompas kayangan. Silakan hubungi Pak Markus Malar Takur dan Pak Herman Jegaut. Pak Herman Jegaut pasti di rumahnya. "Apakah ite punya nomor ponsel beliau?," tanya FE. Pak Irban menyahut, coba meluncur saja ke gubuknya jika tidak beliau di Kantor Yayasan. Moga perjumpaan dengan beliau bak gayung bersambut.

Sontak, tak pakai diskusi lagi, FE mencari toots smartphone mengontak Pak Markus mantan anggota DPRD Kabupaten Manggarai, seorang Dewan senior. Persis juga konco baik FE sejak persuaan perdanalah. Sayang belum dijawab beliau. Beliau tengah ke luar kota rupanya. Lalu FE kemudian menyambangi Pak Herman Jegaut, Ketua Yayasan Nuca Lale yang sekarang (2023) tengah mengasuh SMAK St. Thomas Aquinas Ruteng. Pak Theo berkata silakan menjumpai Pak Herman Jegaut mantan Ketua DPRD Kabupaten Manggarai. Ah tepat saja. Ternyata Pak Irban bekas guru di SMAK St. Thomas Aquinas Ruteng itu bak kompas kayangan deh.

FE kemudian meluncur ke Kantor Yayasan. Tepat sekali, Pak Herman Jegaut barusan saja memimpin rapat internal. Tak dikerling apa isi rapatnya. Hanya semenit di situ FE berjumpa dengan narasumber yang dicari-cari itu. Dapatlah datum-nya, ujaran dalam hati kecil.

FE dan Pak Herman pun mulai berbincang-bincang santai tentang sejarah, sekelumit tentang perziarahan pimpinan dewan di Kabupaten Manggarai sejak tahun 1958. Beliau menampilkan hal-hal yang tersimpan di memorinya.

Pria kelahiran Meler, Desa Meler, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores tahun 1935 itu dengan senang hati membuka kembali runutan sejarah ke-DPRD-an orde baru ke FE. Sembari tersenyum simpul karena merasa bekas satu Desa dengan FE.

Putera dari pasangan suami-isteri Klemens Nambur dan Maria Buheng itu menjelaskan tentang sejarah panjang perjuangan hidupnya hingga sekarang (2023) yang masih berkarya sebagai Ketua Yayasan Nuca Lale walau telah berusia senja. Tak mudah 88 tahun lho Sis! Usia yang panjang di atas usia harapan hidup orang Indonesialah.

Pasangan hidup Agata Gunum, perempuan asal Ker, Ranggu, Kolang itu membeberkan, masa kecilnya berada di Meler. "Masa kecil saya di Meler. Sering mencari kayu api hingga ke Laja. Saya mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat Katolik Cumbi. Posisi sekolahnya di Wangkung. Saya harus berjalan kaki ke Wangkung untuk bersekolah. Susah sekali pada waktu itu pulang pergi jalan kaki. Saya sekolah di Cumbi selama 3 tahun, Kelas I - III lalu pindah ke Ruteng. Karena dianggap nilai saya bagus-bagus, saya kemudian ditarik ke sekolah Ver Volg Schol (sekolah sambungan) di Kota Ruteng yang diasuh orang-orang awam tetapi Kepala Sekolahnya seorang Imam Katolik Roma. Di VBS dari Kelas IV-VI. VVS letaknya di kompleks SVD Ruteng sekarang ini (2023). Saya lulus dari SR tahun 1950," jelasnya.

-----SVD Ruteng terletak di dekat Gereja Katedral Ruteng).

Pria yang dipermandikan 22 Januari 1940 di Nekang oleh Pastor Belanda, Thomas Koning, SVD itu kembali menuturkan, setelah tamat dari VVS dirinya melanjutkan ke Seminari Mataloko tahun 1950 -1956. Usai tamat dari Mataloko masuk ke SMAK Suryadikara Ende tahun 1956-1957. Di Mataloko tinggal di asrama sekolah. Di Suryadikara pun demikian, tinggal di dalam asrama sekolah. Usai sekolah di Suryadikara, lalu membuat lamaran ke Raja Manggarai untuk magang. Raja Ngambut melalui Tadeus Garut menceritakan lamarannya diterima. "Saya magang di Kantor Swapraja tahun 1957. Magangnya hanya tiga bulan saja," ingatnya.

----Dulu namanya bukan kabupaten tetapi Swapraja. Konstantinus Ngambut pada waktu itu sebagai Kepala Pemerintahan Setempat (KPS).

Rektor Suryadikara, Pater Eben, SVD pada waktu itu, tambahnya, mengecek setiap kabupaten/swapraja bagaimana dengan tamatan Suryadikara? Apakah ada yang tinggal di Ruteng? Pater Eben mencari alumni di Ruteng lalu ngomong dengan Deken Keuskupan Ruteng. Tanya nama-nama alumni Suryadikara Ende. Kemudian Pater Eben mendapat informasi bahwa di Ruteng ada alumni Suryadikara. Salah satunya Yakobus Ganggut. Lalu diminta bertemu dengan Pater Eben. Bahwa mereka bisa dibiayai ke sekolah lanjutan. Pihak Gereja mau membiayai tetapi hanya untuk satu tahun saja. Jadilah dirinya bersekolah di Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) Madiun.

Setelah sekolah selama setahun di PGSLP Madiun dirinya kemudian kembali ke Ruteng. Persis pada waktu itu, pimpinan St. Aloysius membutuhkan guru. Lalu dibicarakanlah soal tenaga pengajar. Dirinya pun mengajar di situ. "Saya ditugaskan di SPG bukan SMPK Tubi. Mestinya kan aneh bukan? Yah, bagi saya waktu itu aneh tetapi waktu itu guru-guru belum ada terpaksa mengajar di SPG St. Aloysius Ruteng dari tahun 1958 - 1962," paparnya.

Dari tahun 1962 - 1963, lanjutnya, mengikuti Kursus Pendidikan Tenaga Pembangun Masyarakat di Yogyakarta. Tahun 1964 -1972 bergerak di Ikatan Petani Pancasila. Pada waktu itu berkeliling Manggarai bertemu masyarakat petani. Perjalanannya bisa selama satu bulan dengan menunggang kuda. Susah sekali, katanya.

Kiprah di Politik Praktis.

Pria bertotem babi landak (ceki rutung) itu kembali menuturkan, pada saat dirinya mengajar di SPG St. Aloysius Ruteng, tahun 1958, Nilus Ngamal memanggilnya untuk mengikuti rapat penting.

----Ceki maksudnya prinsip-prinsip lokal haramisme, pantang tidak memakan sesuatu berupa tetumbuhan, hewan/binatang yang telah diwariskan nenek moyang satu clan yang berlaku sejak masa lampau, masa kini dan akan tetap berlaku di masa yang akan datang).

Pada waktu itu, ingatnya, setiap kedaluan dari 38 kedaluan harus ada Wakilnya di Dewan. Disebutlah Wakil dari Kedaluan Ruteng. Pak Frans Janggur pada waktu itu pindah ke Boa Wae. Nah, tidak ada lagi calon untuk kedaluan Ruteng sebagai pengganti. Salah satunya pada waktu itu Pius Papu (guru pendidikan jasmani). Kemudian, diminta oleh Partai Katolik untuk menghubungi Pak Ngambul.

Tahun 1962-1963 mengikuti kegiatan bimbingan pendidikan di Yogyakarta menjadi extention pertanian cabang dari Sanata Dhama Yogyakarta, namanya Kursus Pembimbing Tenaga Pembangunan Masyarakat (KPTPM). Pulang dari sana bergerak di Ikatan Petani Pancasila (IPP).

Pemilu 1971 diminta oleh Sekretariat Bersama Golkar untuk menjadi calon DPRD Propinsi NTT. Banyak yang mencibir dirinya pada waktu itu. Pada waktu itu partai pemenangnya adalah Partai Katolik. Dirinya kemudian menjadi anggota DPRD Propinsi NTT tahun 1971 - 1977 dari Partai Beringin. Atau sekarang disebut Golkar besutan Soeharto.

Sementara menjadi Anggota DPRD Propinsi tahun 1977, dirinya diminta untuk pulang ke daerah Manggarai. Pemilu 1977 menjadi anggota DPRD Kabupaten tetapi kemudian terpilih menjadi Ketua DPRD melalui rapat-rapat DPRD. Persis 10 tahun dirinya menjadi Ketua, 1977 - 1987.

Sekretaris Dewan yang pertama pada saat dirinya menjabat yaitu Drs. Yoseph Jelahu dan yang kedua Stefanus Jedaut.

Pasca Menjadi Ketua DPRD.

Usai menjadi Ketua DPRD Kabupaten Manggarai tahun 1987, dirinya masih berkiprah di politik praktis. Tahun 1987 - 1992 kembali terpilih menjadi anggota DPRD Propinsi NTT. Tahun 1992 kemudian pulang ke Ruteng mengurus Yayasan Nuca Lale sampai tahun 2023.


Yayasan Nuca Lale.

Yayasan Nuca Lale yang membawahi SMAK St. Thomas Aquinas Ruteng didirikan pada tahun 1970. Hingga 2023, Pak Herman Jegaut menjadi Ketua Yayasan itu.

Ditulis oleh:
Melky Pantur.
Ruteng.
Selasa (21/3/2023).

Bacaan lainnya:

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Komunitas Inovasi Rumpun Bambu Cabang Ruteng Sudah Membagikan Makanan Bergizi ke Sekolah Layani 2236 Peserta Didik

SURAT WASIAT: KEMULIAAN ALLAH SUDAH DEKAT!

Kondisi Jalur Pering, Gulang Menuju Waé Cewé