Penglihatan Unik Regina Wangung


Flores Eyes.
Begini mimpi (penglihatan) atau pengalaman perjumpaan raja wié dari Régina Wangung yang perlu dicermati banyak kalangan. Mimpi banyak ditaksir sebagai bunga tidur. Dalam bahasa Manggarai ita le nipi atau kerap disebut itang le raja wié.

Pada Rabu malam (28/9/2022). Régina Wangung (RW) dalam mimpinya didatangi oleh dua orang. Satu seperti Kakek yang lanjut usianya, yang satunya masih tampak muda. 

Yang tua memakai pakaian olahraga mirip pakaian kempo berwarna putih tetapi tidak berlengan. Si Kakek juga tidak mengenakan sabuk di pinggangnya. Di kepala sang Kakek terdapat sebuah kain merah sebagai pengikat kepalanya. Rambut Kakek itu lurus dan sedikit muwang (beruban). Sedangkan, yang masih muda mengenakan jubah berwarna abu-abu (sejenis jubah gamis) tetapi lengannya seperti you can see (yukensi) juga. Rambutnya sedikit ikal di bagian belakang tetapi dari atasnya lurus. Kakek itu berkata: "Toé aku Morin. Bénta kaut aku ata Tu'a Ema!". 

Ke Pendopo di Tengah Hutan.

RW kemudian diajak ke tengah hutan. Di tengah hutan itu terdapat sebuah pendopo (rumah pendopo). Lantainya keramik dan terdapat karpet berwarna merah berbunga-bunga. Pendopo itu berwarna tanah dan atapnya terbuat dari genteng. Tidak ada bangunan lainnya di hutan itu.

Alun-alun dari pendopo itu sangat kecil. Di dalam pendopo itu terdapat dispenser berwarna putih tetapi dengan sistim tombol. Di dekat dispenser itu terdapat sebuah kursi kayu. Dudukannya terbuat dari spon. Di sisi yang lainnya terdapat sebuah meja kecil dan sebuah kursi. Si Kakek meneguk segelas kopi. Gelas itu memiliki gambar-gambar berupa bintang, bulan sabit dan pisau. 

RW kemudian meminun air dari dispenser itu menggunakan sebuah gelas. Saat meminum air, pria yang masih muda kemudian pergi entah ke mana. Yah, menghilang!

Di bawah bubungan pendopo itu (interiornya) terdapat lampu listrik yang indah yang biasanya berada di ruangan tamu atau lampau gantung untuk menghiasi living room

Naik Capung Melihat Kebun di Coal.

Setelah meneguk air, RW kemudian diajak oleh si Kakek menaiki capung berwarna merah (tembong hitu taran ndéréng, werét). Mereka berkeliling memandang jamrudnya bumi menaiki capung merah besar. Mereka menaiki capung merah itu berdua. Si Kakek sebagai penunjuk jalan dan duduk di depan. 

RW menggunakan baju kaos berkerak berwarna hitam memakai celana lewis berwarna biru dengan menggunakan sandal bertali (sandal gunung sejenis sandal teplek). Di kepala menggunakan topi koboi yang terbuat dari bambu. Si Kakek juga menggunakan sendal bertali gunung.

Mereka kemudian bergegas ke kebun Pancasila di Coal. Si Kakek berkata: Ho'o uma de méu!". Yah menunjuk ke kebun di kampung Coal. Dari Kebun Pancasila di Béa Waék, Coal kemudian mereka ke Tamong. Dari Tamong kemudian ke Waé Lowang, Dantung lalu ke Ramégilo. Mereka tidak ke Raweng Ajo. Dalam penjelajahan langit itu, dari atas terlihat Kapela Stasi Coal dengan terang sekali.

Rahasia Kematian.

Sebelum ke Bakak, si Kakek menunjuk ke seorang perempuan. Si Kakek kemudian memberitahu bagaimana proses kematian seseorang. Persis di situ ada seorang perempuan yang dicabut jiwanya. Si Kakek menjelaskan begini: "Émé pandé mata ata, manga néra ngo nggerpé'ang oné mai wuwung. Émé ngo néra hitu tem teco'on kolég ata hitu ga. Nurug ngasangn hitu". Lalu, jiwa perempuan itu pergi entah ke mana. 

Kemudian, si Kakek menunjuk ke yang lain. Cirinya berbadan pendek, berbuluh hitam, berkuku, bermata merah dan bergigi tajam. 

Si Kakek memberitahu RW begini: "Ho'o anak daku. Hia tukang agu cébo te pandé mata ata. Landing olong jera ngai laku itu po pandé mata liha ata". Di tangan anaknya si Kakek terdapat sebuah besi pendek. Yah, tengah memegang sebuah besi mirip cua atau tofa yang terbuat dari biji besi. Si RW kemudian merasa takut lalu si Kakek menyuruh anaknya pergi dari mereka. 

Menuju ke Bakak.

Dari Ramégilo mereka terbang ke Bakak. Tujuannya ke kuburan Belasius Tika. Belasius Tika (BT) ayah kandung dari RW dikuburkan di situ. 

Si Kakek kemudian menjulurkan kedua tangannya. Dengan serentak semua tutup kuburan tersingkap. Kakek itu kemudian berkata: "Asi agu néka rétang émé mata ata. Weki data mata hang le kaka nenggitu kolé sanggén apa ata wéngko disé du poli boak. Oné boa, weki data mata hang le kaka agu retang tokor kanang! Émé matas, nai disé ngo nggeroné ata bana sot kut loas". Émé matas ata toém ngo nggeroné surga ko neraka. Ata hot loas weru hitu, hémong liha mosé du loas médén (oné mai tuka de endén médé). Sanggén taung ata mata toé manga cumang Morin. Néka rétang émé mata ata ai isé mosé kolé oné weki cebana.

Si Kakek menambahkan, ketika seseorang meninggal saat itu juga langsung hidup kembali dan terang yang keluar dari ubun-ubun seseorang itu berpindah ke raga yang lain. Yang keluar dari ubun-ubun berupa cahaya. "Émé mata ata, du hitu hia mosé koléy. Néra ho'ot nggérpé'ang oné mai wuwung ngo oné weki data banay. Weki kanang ata botek, nuru de manusia," demikian ungkapan dalam bahasa Manggarai dalam mimpi itu.

Usai berkata demikian, si Kakek kemudian mengajak RW ke rumahnya BT. Si Kakek memberitahu bahwa BT poli rowan. Hi BT poli loas kolé oné tana lino. Hi BT kut ciok ntaung gi labar oné lino. BT menjadi anak laki-laki. Si Kakek lalu menunjuk rumah BT yang terbuat dari papan sekitar berukuran 4 x 6 dengan cat berwarna hijau. Di sampingnya terdapat sebuah jalan setapak dan di depannya terdapat sebuah jalan besar.  (Belasius Tika meninggal di Karot, Ruteng pada 28 November 2013. Artinya, sudah dikuburkan hampir 9 tahun). Dan untuk diketahui, Bakak adalah perkuburan umum di Karot, Langké Rembong.

Sebagai sisipan baca juga yuk👇👇👇!

 

Menuju ke Sampar.

Mereka kemudian ke kuburan Gaspar Garung, Sobina Sidung, Véronika Danut, Yovita Setia dan Hérman Kiot di Sampar, Desa Pong Lalé, Kecamatan Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Di kuburan itu, Si Kakek kemudian menjulurkan kedua tangannya maka terbongkarlah tutupan kuburan itu. Si RW ditunjukkan isi di dalam kuburan. Yang tersisa hanyalah tulang belulang, kain kafan dan beberapa pakaian, sedangkan peti telah hancur musnah. 

Setelah melihat isi kuburan, si Kakek kemudian membawa RW ke sebuah kota yang jumlah penduduknya banyak. Si Kakek kemudian menunjuk ke sebuah rumah yang cukup bagus. Dalam mimpi itu, si Kakek berkata: "Véronika Danut poli loas kolén. Hia anak tesuan oné mai telu ata. Isé ata telu kanang mantar. Inéwai taung. Hia poli Sarjana ho'o ga rémé emi S2n". (Veronika Danut meninggal tahun 1997 bulan Juli di Sampar. Yah, sudah 25 tahun).

Rumah dari Véronika Danut berwarna kuning telur. Di depan rumah ada tangganya. Persis di depannya ada jalan raya. 

Si RW melihat ada tahi lalat di bagian bibir kiri atas dari perempuan itu yang merupakan kelahiran kembali dari Véronika Danut.

Si Kakek kemudian mengajak si RW ke sebuah rumah bertingkat. Ia kemudian menunjuk ke seorang gadis. Demikian pengakuan si Kakek dalam penglihatan malam itu: "Ho'o loas kolén hi Sobina Sidung". Anak itu tampak masih gadis. Rumah dari si Sobina Sidung berwarna kuning terbuat dari batu bata. (Sobina Sidung meninggal di Sampar tahun 2002. Yah, sudah 20 tahun dikuburkan).

Setelah itu mereka bergegas ke laut melewati sebuah gunung berapi. Di lepas pantai laut itu si Kakek menunjukkan kuasanya. Si Kakek berkata: "Tacik ho'o ngancéng pandé metiy".

Si Kakek kemudian menjulurkan tangan kirinya lalu air laut itu tersedot ke telapak tangannya. Karena kering, semua ikan melompat-lompat ketiadaan air dengan membanting diri. Tampak terlihat onggokan batu-batu di dasar lautan. Karena belas kasihannya si Kakek kemudian melepaskan kembali air itu ke tempatnya sehingga kembali membentuk lautan seperti semula. 

Si Kakek juga sempat berkata bahwa apa saja yang ada di bumi adalah miliknya. "Daku taung morid so'ot oné tana lino," ceritanya sembari terbang. 

Sempat juga dibawa ke suatu tempat yang gelap tetapi dingin. Néka ngo oné tempat ho'o rantang ces bail. Mata ata émé ngo nitu. Tempat itu bulat sejenis planet. Mereka tidak ke situ hanya melihat dari jarak jauh. Ada juga sebuah tempat yang terlalu panas. Si Kakek melarang agar tidak ke tempat yang panas itu. "Kolang bailn," katanya. 

Setelah melihat keajaiban itu, si RW diberi sebuah batu mirip lidah petir berwarna cokelat (lema pasat taran ga kemumuk). Si RW kemudian menerima lidah petir itu ditangannya. Si Kakek berpesan: "Na'a watu ho'o!". Sebelum memberi lidah petir, si Kakek berkata: "Aku toé Morin. Néka pandé masala agu hi Melky Pantur rantang mata! Lalu, lidah petir itu diserahkan ke RW. 

Si RW kemudian memegang kuat batu lidah petir itu dan turun dari capung besar itu. Sebelum perpisahan itu, si Kakek kemudian berguman ke si RW: "Masalam hau toé percaya agu Yesus bo woko agu Endé Maria!". 

Setelah berkata demikian, si RW lalu terjaga dari tidurnya (bentet oné mai nipi). 

Deno Kamelus.

Dalam mimpi itu si Kakek juga berkata bahwa Deno Kamelus lahir kembali di Afrika Utara. Dia sudah berusia satu tahun lebih. DK anak keempat dari lima bersaudara. Mereka berlima semuanya laki-laki. Anak kelima juga berjenis kelamin laki-laki, usianya di bawah 1 tahun. Deno Kamelus meninggal di Labuan Bajo pada 6 April 2021. 

Deno Kamelus tinggal dengan kedua orang tuanya bersama dengan keempat saudaranya. Mereka hidup sekitar 1 km dari kali. "Ho'oy hi Deno Kamelue mantan Bupati Manggarai. Hot mantar te patn," ungkap Kakek itu dalam mimpi itu. Sedangkan, adiknya baru beberapa bulan tengah digendong Ibunya.

Mimpi yang Lain.
Mimpi Bertemu Ular Besar.

Di tepi pantai RW bermimpi bertemu seekor ular besar. Ular itu tengah berbaring di bibir pantai yang terdapat onggokan bebatuan. Ularnya panjang sekali dan di bagian pungung belakang ekornya terdapat sisik mirip duri babi landak. 

Ciri-ciri ular itu berwarna cokelat. Ada bintik-bintik putih, hitam, kuning. Kepalanya tidak bertanduk. Sembari menjulurkan lidahnya, ular itu berkata tetapi mengeluarkan suara laki-laki tua. Di badannya terdapat sebuah tangan bagian kiri mirip tangannya Komodo. Di tangan kirinya, ular itu memegang debu tanah yang kering. Dari tangannya ia mengeluarkan debu tanah.

Ular itu kemudian berkata begini: "Ho'o hang daku selama ho'o. Ho'o terus hang daku danong main! Setelah itu RW kemudian terjaga dari pulasnya.

Catatan:

Mimpi adalah raja wié. Raja wié tentu berbeda dengan raja leso. Jadi, soal kebenarannya tentu raja wié bukan menjadi suatu tolok ukur. 

Berdasarkan mimpi di atas tentu memunculkan berbagai spekulasi teologis, filosofis, teknologi dan aspek budaya. Dan tergantung apa dan siapa yang menilai atau tidak itu menjadi urusan lain. 

Dalam keyakinan Hindu, ini tampak mirip reinkarnasi.

Sebuah Refleksi!
Mimpi ini seolah-olah:

Mendukung teori reinkarnasi dalam Hinduisme; mematahkan praktik téing hang wura (wura artinya roh leluhurdalam budaya orang Manggarai - Hindu mengajarkan karma ada batasannya sebab kesempurnaan tertinggi adalah menyatu dengan Brahman; mendukung teori karma; mendukung ajaran cinta kasih; menjunjung tinggi etika keutamaan atau nilai-nilai universal atau buah-buah roh, seperti: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri; mematahkan praktik sekaran ke kuburan; semakin memperkuat percaya kepada Tuhan Yésus dan bersandar kepadaNya; mendukung pesan suci Dewi Kwan Im bahwa yang lebih penting dalam hidup adalah berbuat baik; mendukung pesan Tuhan Yesus bahwa yang Dia maksudkan bukan persembahan melainkan belas kasihan. Seperti Dewi Kwan Im dengan prinsip welas asihnya; mendukung ajaran Hindu bahwa setiap orang yang lahir harus mati di mana setiap makhluk tidak diizinkan hidup abadi; sangat penting berdoa kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria; mendukung ritual téing hang asé ka'é weki karena asé ka'é weki turut menentukan karma yang baik di masa depan; sangat mendukung ritual kélas karena kélas adalah ritual agar yang bersangkutan karmanya baik di masa depan; tidak perlu berdoa meminta berkat kepada orang yang telah mati kecuali berdoa untuk keselamatan jiwa bagi orang mati agar karmanya bagus di masa depan; kematian adalah keharusan dan ada petugas khusus untuk mengakhiri karma; mematahkan anggapan bahwa orang mati adalah pendoa padahal ia telah hidup pada raga yang lain; ratapan terhadap orang mati adalah ekspresi kesedihan semata saja dan hal itu difaktori terjadinya perpisahan abadi atau lorang bentuk ekspresi spontan merasa kehilangan saja dan karena tak mungkin kembali lagi dalam wujud semula meski karma bagi yang telah meninggal begitu bahagia di masa depan pada wujud raganya yang lain. Yang pasti bahwa perpisahan itu memberatkan karena setiap yang lahir hidup dalam serba kontrakan. 

Yah, mimpi ini seakan-akan seseorang dipaksakan untuk berlomba-lomba berbuat baik karena bersentuhan dengan karmanya.

Mimpi itu mengajarkan, bahwa setiap orang yang mati jiwanya tidak tinggal di kuburan. Ia pergi selamanya dan lahir kembali tetapi tetap mengikuti karma. Itu berarti ritual teing hang wura tak ada gunanya kecuali teing hang ceki karena ceki adalah Allah representatif.

Penghakiman akan terbalas pada karma selanjutnya. 

Sri Wisnu dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa setiap orang akan terus lahir dan lahir. Bahwa kematian adalah cara untuk membebaskan seseorang dari penderitaan terutama karena melanggar etika. Mengakhiri Raja Angga Karna dengan panah Arjuna adalah cara terbaik mengakhiri penderitaan batinnya dan dosa-dosanya (karma Raja Angga).

Mimpi yang pendek itu tidak sepenuhnya mengakomodir tentang kebenaran Trinitas Yang Suci dan Murni.

Hanya saja kedua mimpi itu seolah-olah mendekati bahwa Dewa Brahma adalah Dewa Penguasa Lautan.

Kesimpulan.

Setiap orang amat sulit memahami Yang Kudus karena otak dan pandangan manusia tidak seberapa, begitu kecil. Yang Suci adalah misteri. Tetapi karena misterinya itu, manusia terus mencari tahu.

Intinya, hidup di dunia perlu berdoa, bekerja dan banyak-banyak berbuat baik. Kalau dalam ajaran Kristen hal yang perlu adalah menjalankan Decalog. Titik.

___Itu hanyalah mimpi atau bunga-bunga tidur walau pesannya amat landing bagi orang yang ingin memahami teologi.

Ditulis oleh:
Melky Pantur
Rabu (28/9/2022).
Ruteng, Flores.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Komunitas Inovasi Rumpun Bambu Cabang Ruteng Sudah Membagikan Makanan Bergizi ke Sekolah Layani 2236 Peserta Didik

SURAT WASIAT: KEMULIAAN ALLAH SUDAH DEKAT!

Kondisi Jalur Pering, Gulang Menuju Waé Cewé